Persahabatan yang dulu erat antara Donald Trump dan Elon Musk kini telah berubah menjadi permusuhan terbuka. Keduanya, tokoh berpengaruh di Amerika Serikat, terlibat perseteruan sengit di ruang publik, menandai berakhirnya sebuah aliansi yang sempat dianggap kuat. Ketegangan ini menimbulkan dampak signifikan, tidak hanya pada hubungan personal mereka, tetapi juga pada dunia bisnis dan politik Amerika.
Hubungan keduanya awalnya begitu dekat. Elon Musk bahkan ditunjuk sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah oleh Trump pada Januari 2025, sebagai penghargaan atas dukungan Musk selama kampanye Pilpres 2024. Namun, kedekatan ini tak bertahan lama.
Perpecahan Akibat RUU “One Big Beautiful Bill”
Puncak konflik terjadi pada awal Juni 2025, ketika Musk secara terbuka mengkritik RUU “One Big Beautiful Bill” (BBB) yang diusung Trump. Melalui unggahan di media sosial X, Musk menyebut RUU tersebut “menjijikkan” dan mencela para pendukungnya.
Kritikan pedas Musk ini langsung dibalas Trump. Presiden AS itu menyatakan kekecewaannya yang mendalam dan menyebut hubungan mereka telah “retak”. Lewat Truth Social, Trump bahkan menyebut Musk “gila” dan mengancam akan mencabut subsidi pemerintah untuk perusahaan-perusahaan milik Musk, termasuk SpaceX dan Tesla.
Escalasi Konflik dan Dampak Ekonomi
Perseteruan berlanjut di media sosial. Musk balik menyerang dengan menyebut RUU BBB sebagai “Slim Ugly Bill”, menyoroti pemborosan anggaran negara. Ia bahkan sempat mengancam akan menghentikan misi SpaceX Dragon yang membawa astronot NASA pulang dari ISS, meskipun ancaman ini kemudian dicabut.
Tuduhan-tuduhan serius pun dilontarkan. Musk menyinggung keterlibatan Trump dalam kasus Jeffrey Epstein, sebuah tuduhan yang langsung dibantah Gedung Putih. Gedung Putih menyebut serangan Musk sebagai upaya pengalihan isu karena RUU BBB dianggap merugikan bisnisnya. Konflik ini berdampak pada pasar saham. Saham Tesla anjlok signifikan setelah Musk melontarkan kritiknya terhadap RUU BBB.
Dampak Politik dan Reaksi Keluarga
Konflik ini juga berdampak pada politik AS. Trump, yang sebelumnya mendukung Musk, kini disebut-sebut meragukan kondisi mental Musk, bahkan menudingnya mengonsumsi obat penenang ketamin. Tuduhan ini langsung dibantah Musk.
Di tengah kemelut ini, ayah Elon Musk, Errol Musk, berharap perselisihan segera berakhir. Ia mengingatkan putranya bahwa Trump adalah presiden yang dipilih oleh rakyat Amerika. Namun, Trump sendiri telah menyatakan bahwa hubungannya dengan Musk telah berakhir dan tidak ada keinginan untuk memperbaiki situasi. Bahkan, Trump dikabarkan akan menjual mobil Tesla yang baru dibelinya sebagai bentuk protes.
Kesimpulan: Sebuah Persahabatan yang Hancur
Perseteruan antara Donald Trump dan Elon Musk merupakan contoh nyata bagaimana hubungan yang awalnya erat dapat hancur dalam sekejap. Konflik ini tidak hanya menunjukkan keretakan hubungan personal, tetapi juga menyoroti perbedaan pandangan politik dan ekonomi yang signifikan di Amerika Serikat. Dampaknya terasa luas, mulai dari dunia bisnis hingga panggung politik nasional. Masa depan hubungan mereka, dan dampaknya terhadap perusahaan-perusahaan Musk, masih menjadi teka-teki yang akan terus dipantau. Kisah ini menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana perselisihan publik dapat berdampak besar, tidak hanya bagi individu yang terlibat, tetapi juga bagi masyarakat luas.