Timnas Indonesia mengalami kekalahan telak 0-6 dari Jepang dalam laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Pertandingan di Osaka ini menjadi pelajaran berharga bagi Skuad Garuda yang menghadapi tim unggulan Asia. Kekalahan ini menyoroti beberapa kelemahan mendasar yang perlu segera dibenahi.
Kekalahan ini bukanlah akhir dari perjalanan Timnas Indonesia. Justru, ini menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh dan memperkuat berbagai aspek permainan. Berikut beberapa poin penting yang harus segera diperbaiki.
1. Pressing Ketat Jepang: Ujian Berat bagi Pertahanan Indonesia
Masalah utama yang terlihat jelas adalah kesulitan Timnas Indonesia menghadapi pressing ketat dari Jepang. Sejak menit awal, Jepang menekan pertahanan Indonesia dengan intensitas tinggi.
Alhasil, aliran bola Timnas Indonesia sering terputus. Para pemain tampak panik dan kehilangan penguasaan bola. Hal ini menyebabkan serangan-serangan Indonesia menjadi tumpul dan tidak efektif sepanjang pertandingan.
Ritme permainan Indonesia pun tak pernah menemukan alurnya yang ideal. Kemampuan membangun serangan dari bawah terhambat. Ini menjadi area yang sangat penting untuk ditingkatkan.
2. Kekurangan dalam Duel Fisik dan Mental
Kelemahan berikutnya terletak pada kemampuan duel fisik dan mental para pemain. Pemain Indonesia sering kalah dalam perebutan bola dengan pemain Jepang.
Ketahanan fisik yang kurang optimal membuat Indonesia kesulitan mempertahankan penguasaan bola. Hal ini tentunya sangat berpengaruh pada jalannya pertandingan.
Mentalitas pemain juga patut dipertanyakan. Kehilangan fokus setelah kebobolan gol berdampak signifikan pada pertahanan Indonesia. Tim pelatih perlu meningkatkan ketahanan fisik dan mental pemain untuk menghadapi tantangan di babak selanjutnya.
3. Pola Serangan yang Terlalu Mudah Ditebak
Timnas Indonesia terlihat terlalu bergantung pada satu pemain, yaitu Ole Romeny, sebagai ujung tombak serangan. Pola serangan yang monoton ini mudah diantisipasi oleh Jepang.
Jepang dengan mudah mengisolasi Ole, sehingga suplai bola ke lini depan menjadi terhambat. Serangan Indonesia pun kehilangan daya gedornya.
Pelatih Patrick Kluivert perlu merancang variasi serangan yang lebih dinamis. Ketergantungan pada satu pemain membuat permainan mudah ditebak dan dihentikan lawan.
4. Konsentrasi yang Fluktuatif dan Mentalitas yang Rentan
Kehilangan konsentrasi menjadi masalah krusial lainnya. Dua gol awal Jepang tercipta dalam rentang waktu yang sangat singkat, begitu pula dengan dua gol berikutnya.
Ini menunjukkan betapa mudahnya Timnas Indonesia kehilangan fokus dan mentalitas yang kuat. Setelah kebobolan, pertahanan menjadi kocar-kacir dan mudah ditembus.
Penting bagi Timnas Indonesia untuk memperbaiki mentalitas bertahan yang rapuh ini. Kemampuan untuk bangkit setelah kemasukan gol sangat krusial dalam laga-laga kompetitif. Ketahanan mental perlu diasah agar tidak mudah kehilangan fokus dan kepercayaan diri.
Timnas Indonesia perlu melakukan evaluasi menyeluruh setelah kekalahan ini. Dengan memperbaiki empat poin di atas, Skuad Garuda memiliki potensi untuk berkembang dan menunjukkan performa yang lebih baik di masa mendatang. Perbaikan dalam pressing, duel fisik, variasi serangan, dan konsistensi fokus akan menjadi kunci keberhasilan di kualifikasi selanjutnya. Ini akan menjadi tantangan besar, namun juga kesempatan untuk menunjukkan peningkatan signifikan.