Pelatih Luciano Spalletti mengakhiri masa baktinya bersama Timnas Italia dengan kemenangan tipis 2-0 atas Moldova. Namun, kemenangan ini terasa hambar, tak mampu menghapus kekalahan memalukan 0-3 dari Norwegia sebelumnya. Hasil tersebut menunjukkan betapa beratnya perjuangan Azzurri di bawah kepemimpinannya.
Spalletti telah menyadari bahwa laga melawan Moldova akan menjadi penampilan terakhirnya. Ia dipecat setelah kekalahan telak dari Norwegia, tetapi diberi kesempatan untuk mengakhiri tugasnya dengan kemenangan. Walaupun berhasil menang, performa tim tetap menjadi sorotan.
Spalletti Jujur: Saya Tidak Membuat Perbedaan
Usai pertandingan, Spalletti mengakui kegagalannya membawa perubahan signifikan bagi Timnas Italia. Ia secara rendah hati menyatakan, “Pelatih harus membuat perbedaan, dan saya tidak melakukannya.”
Spalletti menolak menyalahkan para pemain. Ia justru sepenuhnya bertanggung jawab atas hasil yang kurang memuaskan.
Ia menghubungkan performa buruk tim dengan kelelahan fisik pasca pertandingan melawan Norwegia. Meskipun mempertahankan komposisi skuad, Spalletti mengakui kondisi fisik pemain tidak optimal.
Kesalahan Strategi dan Waktu yang Tidak Bersahabat
Spalletti menunjuk jadwal pertandingan sebagai salah satu kendala utama. Italia langsung menghadapi laga berat melawan Norwegia di Oslo setelah musim klub yang panjang dan melelahkan.
Ia menilai hal ini sebagai waktu yang tidak ideal untuk pertandingan penting. Tim sudah kehabisan energi sebelum turnamen dimulai.
Bahkan melawan Moldova yang secara teoritis lebih mudah, Italia masih kesulitan. Kelelahan fisik menjadi masalah utama yang dialami seluruh pemain.
Spalletti menyayangkan minimnya opsi pemain yang benar-benar bugar di akhir musim. Ia mengakui, “Mungkin mencari pemain yang lebih segar bisa membantu, tapi kenyataannya kami punya 25 pemain dengan kondisi fisik yang sama.”
Era Baru Menanti Azzurri
Dengan kepergian Spalletti, Timnas Italia memasuki babak baru. Pelatih baru akan diangkat sebelum lanjutan Kualifikasi Piala Dunia pada September mendatang.
Tantangan besar menanti pelatih baru: mengembalikan performa dan semangat juang tim yang tampak redup. Walau menang atas Moldova, permainan Italia masih jauh dari meyakinkan.
Dukungan suporter tetap ada, namun atmosfer internal tim menunjukkan kelelahan dan kurangnya ide segar. Tugas pelatih selanjutnya tidak akan mudah.
Spalletti meninggalkan jabatannya tanpa rasa dendam. Ia menerima kegagalan dan mundur dengan kepala tegak. “Kami tidak meninggalkan rasa antusias untuk pelatih berikutnya, dan itu tanggung jawab saya,” katanya.
Meskipun mengakhiri masa tugasnya dengan kemenangan, perjalanan Spalletti bersama Timnas Italia lebih terasa sebagai beban daripada kebanggaan. Kekalahan telak dari Norwegia menjadi titik balik, menunjukkan kelemahan strategi dan kesulitan dalam menghadapi jadwal pertandingan yang padat. Kini, Timnas Italia memerlukan pelatih baru yang mampu membangkitkan kembali semangat juang dan performa Azzurri di kancah internasional.